Alumni SMAN Pintar (Sang Perintis) Dalam Gambar (Kreatifitas)

Alumni SMAN Pintar (Sang Perintis) Dalam Gambar (Kreatifitas)

Alumni SMAN Pintar (Sang Perintis) Dalam Gambar (Kreatifitas)

Di Desain Oleh Bima Mukti Prabowo

READ MORE - Alumni SMAN Pintar (Sang Perintis) Dalam Gambar (Kreatifitas)

Durasi Ideal Anak Nonton TV Sehari?

Buah hati Anda hobi menonton televisi? Jika iya, mungkin saatnya Anda perlu memperhatikan berapa lama si kecil menonton TV dalam sehari.  Sebab, menurut Prof. Matt Sanders, direktur ‘Parenting and Family Support Centre di University of Queensland, menonton TV adalah kegiatan pasif.

“Jika anak-anak terlalu banyak menghabiskan waktu menonton televisi, mereka akan kehilangan kesempatan untuk belajar melalui kegiatan interaktif. Karena itu, menyelesaikan PR, bermain di luar ruangan, berolahraga, dan membaca merupakan sederet aktivitas yang perlu dilakukan anak-anak,” ujar Prof. Sanders.
Idealnya, Sanders melanjutkan, seperti dikutip dari laman www.couriermail.com.au, anak diusia 7-11 tahun minimal bisa menonton televisi selama 21 jam selama satu minggu. Itu berarti 3 jam dalam sehari.

“Sedangkan bagi anak-anak sampai usia 12 tahun, saya sarankan maksimal hanya satu jam per hari selama seminggu khusus di hari sekolah dan sedikit lebih lama di akhir pekan.”

Dia juga menyarankan, pengaturan menonton program televisi untuk anak perlu direncanakan. Beritahu pada anak-anak Anda tentang rencana Anda dan meminta bantuan mereka membatasi menyaksikan acara televisi.

Baca panduan menonton TV dengan anak Anda dan tuliskan program mana yang ingin mereka nonton. Bila Anda dan buah hati setuju dengan aturan ini, jelaskan aturan-aturan dasar baru, seperti ‘hanya menonton program yang dipilih’, ‘televisi akan dimatikan pada waktu tertentu’, atau ‘tidak boleh nonton TV sebelum PR selesai’.

Saat menetapkan aturan menonton televisi, penting untuk memasukkan sesuatu untuk memerangi anak-anak agar bisa mengurangi kebiasaannya di depan layar kaca. Misalnya, ajak mereka menonton acara yang mendidik.

“Membuat aturan ini terkadang sulit bagi orangtua. Tapi, cara ini perlu dilakukan sejak dini, agar buah hati Anda tidak tumbuh menjadi anak yang malas. Agar lebih efektif, sebaiknya Anda baru menonton televisi setelah si kecil tidur,” kata Prof Sanders menganjurkan.(vivanews)

READ MORE - Durasi Ideal Anak Nonton TV Sehari?

Anak Berbakat Belum Tentu Sukses

Anak-anak dengan bakat luar biasa ternyata sama besar kemungkinannya untuk gagal ataupun sukses pada masa dewasa. Dalam salah satu penelitian terluas yang pernah diadakan, ditemukan, dari 210 anak berbakat, hanya tiga persen yang akhirnya "jadi orang".

Profesor Joan Freeman mengatakan, dari 210 anak-anak yang dia teliti, hanya setengah lusin yang bisa dikatakan meraih "kesuksesan konvensional". 

"Pada usia enam atau tujuh tahun anak berbakat memiliki potensi yang mencengangkan, tetapi banyak dari mereka terjebak dalam situasi potensi terpasung," kata Freeman seperti yang dikutip Daily Mail.

Profesor Freeman melacak anak-anak yang berbakat di bidang matematika, seni, dan musik sejak tahun 1974 hingga sekarang.

Kebanyakan dari mereka tidak sukses pada masa dewasa karena perlakuan yang mereka alami dan dalam beberapa kasus direnggut dari masa kanak-kanak. Dalam beberapa kejadian, orangtua menekan anaknya begitu keras atau malah dipisahkan dari kelompok sebayanya sehingga akhirnya hanya mempunyai sedikit teman.

Ia juga menambahkan, "menjadi istimewa" berarti lebih bisa menghadapi hal-hal yang bersifat intelektual, tetapi tak selalu bisa menghadapi hal-hal emosional.

Freeman juga cenderung menekankan bahwa anak-anak berbakat sama rapuhnya dengan anak biasa, bahkan mungkin "punya kekuatan emosi yang lebih besar".

"Saya ingin menegaskan, mereka yang berbakat juga hanya manusia biasa, tapi menghadapi tantangan-tantangan, khususnya harapan yang tidak sesuai kenyataan, biasanya dipandang aneh dan tak bahagia," tegas Freeman.

"Orangtua dan guru merasa terancam dengan kehadiran mereka dan bereaksi meredam kemampuan mereka. Yang mereka inginkan hanya diterima apa adanya, kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi, dan mendapatkan dukungan moral yang memadai," papar Freeman lebih jauh.

Salah satu contoh anak berbakat yang kemudian gagal untuk berkembang adalah Andrew Halliburton, yang ketika masih berusia delapan tahun telah memahami matematika untuk sekolah menengah, tetapi kini hanya bekerja di warung cepat saji McDonald's.

Contoh lain yang menarik adalah Anna Markland dan Jocelyn Lavin yang telah menjadi bintang sekolah musik Chetham, Manchester, Inggris, ketika berusia 11 tahun.

Markland yang kini berusia 46 tahun berasal dari Princes Risborough, Buckinghamshire, Inggris, dan pada tahun 1982 dinobatkan sebagai Pemusik Termuda Terbaik oleh BBC.

Ia kemudian belajar musik di Oxford selama dua tahun dan sekarang menjadi seorang pemusik profesional, yang menurutnya merupakan profesi terbaik di dunia.

Sebaliknya, Lavin berbalik dari musik dan berpindah menekuni ilmu pengatahuan alam. Ia kemudian memperoleh nilai A dalam bidang itu di antara 210 anak berbakat tadi.

Namun, setelah masuk University College London, ia gagal dalam matematika dan astronomi pada usia 17 tahun. Ia kemudian keluar tanpa meraih satu gelar pun. "Saya tak tahu yang ingin saya tekuni kecuali terbang ke luar angkasa," katanya.

Setelah 20 tahun berprofesi sebagai guru matematika, ia kini masih harus bermasalah dengan rumahnya yang dililit masalah kredit.

Menurut Profesor Freeman, permasalahan lain bagi anak-anak istimewa, mereka sering kali cemerlang di bidang apa saja sehingga cenderung ingin mencoba bidang lain, padahal bidang yang terdahulu belum dikuasai betul.

Pada dasarnya, anak cerdas akan gagal jika mereka ditempatkan di bawah tekanan untuk berkembang. "Kepuasan dan kreativitas dari masa anak-anak adalah dasar untuk semua pekerjaan besar," pungkas Freeman.

Sumber :

ANT, edukasi.kompas.com

 

READ MORE - Anak Berbakat Belum Tentu Sukses