Menciptakan Rumah yang Nyaman untuk Belajar

Belajar Menciptakan Rumah yang Nyaman untuk Belajar

Rumah adalah tempat anggota keluarga menghabiskan sebagian besar waktu dalam sehari. Rumah, sebagaimana sunnah Rasulullah SAW, sebisa mungkin harus memberikan aura kenyamanan, sehingga dalam kiasan disebutkan seperti surga. Rumah juga menjadi elemen penting yang mempengaruhi pendewasaan setiap penghuninya, serta pertumbuhan anak-anak.

Dalam proses belajar anak-anak, kondisi rumah sering kali diabaikan. Para orangtua sibuk mempersiapkan bahan belajar, namun alpa mengkondisikan rumah agar nyaman bagi kegiatan belajar.

Ada tiga kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam pelaksanaan homescholling, yaitu kebutuhan psikis, akal dan fisik anak. Termasuk dalam kebutuhan psikis anak antara lain adalah kebutuhan rasa aman, penghargaan, dan percaya diri. Kebutuhan psikis orangtua juga harus terpenuhi, terutama dalam hal kedisiplinan, konsistensi, dan kekompakan dengan pasangan. Kebutuhan akal anak terkait dengan cara belajar dan materi belajar.
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh fisik anak untuk proses belajar yang optimal, yakni termasuk makan dan minuman bergizi, serta sarana penunjang belajar yang ergonomic (cocok untuk ukuran dan bentuk tubuh anak) sehingga membuat anak nyaman belajar.

Sarana Penunjang Belajar
Emmy Soekresno, SPd, Konsultan Taman Bermain Jerapah Kecil, mengatakan bahwa anak-anak membutuhkan furnitur khusus yang mendukung pembelajaran yang optimal.

Meja yang baik bagi anak-anak adalah yang berbentuk lingkaran atau berbentuk U. Bentuk meja seperti ini, selain aman buat anak-anak karena tidak ada sisi-sisi tajamnya, juga menambah kehangatan suasana. Menurut Emmy, meja belajar berbentuk persegi panjang yang menghadap satu arah sangat tidak efektif karena mengurangi kehangatan anak dan orangtua. Dengan meja bulat, orangtua dapat duduk bersebelahan dengan anak-anak.

Perhatian tetap dapat terbagi dengan baik, meski jumlah anak lebih dari satu. Dengan suasana yang hangat, kemesraan akan lebih terjalin, belajar akan terasa menyenangkan. Duduk lesehan juga dapat dipakai sebagai alternatif. Namun, tetap disarankan menggunakan bantal dan meja kecil yang ukurannya sesuai dengan usia anak dengan sisi-sisi yang tumpul. Bila anak belajar tanpa meja, dikhawatirkan akan mempengaruhi bentuk tulang punggung anak kelak akibat posisi yang membungkuk. Anak juga harus selalu diingatkan untuk belajar dengan posisi yang baik, tidak duduk bersender, terlalu maju, atau pun terlalu bungkuk. Biasakanlah untuk duduk tegak, namun tidak tegang.

Suhu ruangan dan pencahayaan pun penting dalam menunjang suasana belajar yang menyenangkan. Suhu yang baik adalah yang tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Sementara, lampu yang baik adalah yang berwarna putih yang datang dari sisi kanan atau kirinya, sehingga pada saat belajar tidak terhalang oleh bayangannya sendiri. Mainan sebagai penghilang jenuh dan pemicu kreativitas juga harus disediakan sesuai dengan tahap usia perkembangan anak.

Pada tahap bayi (0-2 tahun), target pembelajarannya itu adalah motorik halus dan kasar. Mainan yang tepat untuk bayi harus memenuhi persyaratan aman bagi bayi, yaitu ukurannya tidak lebih kecil dari 4 cm, pewarnaannya tidak mengandung racun, dan tidak memiliki sisi tajam yang membahayakan. Karena memerlukan desain khusus dan bahan yang lebih berkualitas, biasanya harga mainan bayi yang memenuhi syarat relatif lebih mahal. Seorang ahli pendidikan, Maria Montessori, menekankan pentingnya perkembangan anak pada usia enam tahun pertama, sekaligus menekankan tentang pentingnya mempersiapkan rumah yang ‘ramah anak’.

Orang dewasa sering lupa bagaimana sulitnya anak beradaptasi dengan benda-benda rumah yang tidak sesuai dengan ukuran anak. Montessori menganjurkan agar proses belajar lancar dan anak mampu membantu dirinya sendiri, maka orangtua perlu ‘mengisi’ ruangan rumah, minimal hal-hal yang terkait dengan anak menjadi sesuai dengan kebutuhan anak. Untuk memenuhi kebutuhan ini, bukan berarti semua perlengkapan rumah perlu diganti, namun bisa disiasati dengan memodifikasi perabot rumah tangga yang ada. Misalnya, untuk menggantung pakaian di lemari orangtua perlu menambahkan tangga kayu di depan lemari agar anak mudah menjangkau gantungan baju. Prinsip Montessori adalah ‘Satu tempat untuk semua dan semuanya berada di tempatnya masing-masing’. Dengan prinsiptersebut, orangtua perlu menyediakan tempat untuk peralatan anak dan mensosialisasikanny a pada anak. Dengan begitu, sehabis bermain dan belajar anak mudah mengembalikan mainannya dan peralatannya ke tempat yang sudah disediakan. Pengaturan Waktu Belajar

Dalam menerapkan homescholling, orangtua perlu membantu anak untuk mampu mengerti jadwal hariannya, kapan saat tidur, bermain, dan belajar. Kadang-kadang ibu perlu tegas menegur anak untuk berhenti bermain saat tiba waktunya untuk istirahat. Dalam hal pengaturan jadwal ini orangtua perlu melihat kebiasaan Rasulullah SAW. Berdasarkan penelitian fungsi otak, pada waktu menjelang dzuhur, sekitar pukul 11-12, otak mengalami penurunan fungsi. Pada saat menjelang zuhur, biasanya Rasulullah SAW, beristirahat sejenak. Sebaiknya jangan mengajak anak untuk belajar pada waktu tersebut, melainkan ajak anak untuk beristirahat, tidur. Otak berfungsi dengan baik pada pukul 7 hingga 10 pagi, dan mencapai puncak pada pukul 9-10 pagi. Jadi, waktu belajar yang baik berada pada rentang waktu tersebut. Jangan biarkan anak-anak bangun di atas jam 9. Biasakan anak bangun tidur di waktu subuh untuk membangun kebiasaan baik, sebagaimana yang Rasulullah lakukan, tidur setelah Isya dan bangun sebelum subuh.

Sore hari menjelang ashar kinerja otak juga baik sehingga waktu antara ashar dan maghrib dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sebaliknya, jangan biarkan anak tidur pada masa itu. Rasulullah SAW pun melarang umatnya untuk melakukan hal itu. Bila perlu, buatlah media yang ditempel di kamar tidur anak untuk mengingatkannya tentang barometer waktu. Cari gambar yang sesuai yang digambarkan jam di atasnya. Misalnya, gambar kamar mandi di atasnya tergambar jam 6; gambar makanan di atasnya jam 7 jam 12 dan jam 5 sore; gambar tempat tidur di atasnya tergambar jam 11.30 dan jam 20; gambar buku di atasnya jam 9 dan jam 16. Pada awalnya, mungkin orangtua perlu berulang-ulang mengingatkan anak perihal jadwal tersebut, namun makin lama anak akan terbiasa dengan jadwalnya
Mohamad Joban. Sumber:seputarmuslimah

0 komentar:

Posting Komentar